Sejak jaman kolonial, kota Semarang tergolong sebagai salah satu kota besar di Indonesia. Pada tahun 1900-1961, Kota Semarang menjadi episenter ekonomi dengan tumbuhnya konglomerasi di Asia Tenggara. Konglomerat berpengaruh yang menjadikan Kota Semarang sebagai episenter tersebut tak lain dan tak bukan adalah Oei Tiong Ham.
Darah bisnis yang diturunkan oleh ayahnya, Oei Tjie Sien, memang tidak salah. Pada tahun 1890, OTH mewarisi firma dagang ayahnya, Kian Gwan Concern. Awal kebangkitan firma dagang ini adalah dari perdagangan opium yang kala itu legal di Hinda Belanda. Namun, seiring berjalannya waktu, OTH memperluas bidang usahanya ke komoditas lain, seperti hasil bumi (karet, kapuk, kopi), dan bisnis gula. Bisnis gula yang dikelola OTH berkembang sangat pesat hingga total luas lahan pabrik gulanya mencapai 7.082 hektar. Akibat kesuksesannya ini, ia menjadi orang terkaya se Asia Tenggara pada masanya dan diberi julukan sebagai Raja Gula.
Sayangnya, kesuksesan OTH harus terhenti pada tahun 1961. Perang Sino-Jepang, Perang Dunia II, dan Perang Kemerdekaan Indonesia membuat situasi bisnis Kian Gwan goyah akibat pergolakan politik. Hingga akhirnya, pada 10 Juli 1961, pengadilan ekonomi mengeluarkan keputusan penyitaan dan nasionalisasi terhadap seluruh asset OTH concern di Indonesia.
Tapi, jejak jejak kesuksesan OTH, taipan dari Semarang ini masih dapat kita saksikan hingga saat ini. Gedung perkantoran eks OTH concern masih berdiri di Jalan Kepodang. Gedung ini sekarang menjadi asset PT RNI, perusahaan yang mengakuisi OTH concern.
Selain itu, untuk mendukung perdagangan komoditas pada masanya, Oei Tiong Ham menempati lima bangunan di Kota Lama Semarang. Bangunan itu meliputi bangunan untuk layanan perbankan, perdagangan mesin industri, dan perusahaan broker gula. Nama nama bangunan tersebut adalah Netherlandsche Indische Handelsbank, Soesman Kantoor, Cultuur Maatschappij, McNeill and Co, Borsumij, Marabunta, Der Spiegel, dan Taman Sri Gunting. Karena sekarang sudah tidak digunakan lagi, tempat ini dijadikan sebagai cagar budaya dan dapat dikunjungi wisatawan. Dikenal sebagai “Jalur Gula Semarang”, daya tarik tempat ini cukup besar karena tempatnya di Kota Lama Semarang, arsitektur bangunnya yang mirip dengan Eropa, dan cerita tentang sejarahnya yang menarik.
Masih banyak cerita yang bisa dikuak dari jejak Oei Tiong Ham dalam berbisnis semasa itu. Pasti menyenangkan jika dapat berlibur ke Semarang untuk melihat bangunan bangunan cantik ini sekaligus belajar tentang sejarah negara sendiri. Sayangnya, situasi sekarang kurang mendukung nih untuk bepergian jauh. Tapi jangan sedih dulu. Walaupun sekarang sedang pandemi, berlibur ke Jalur Gula Semarang bukan hal yang mustahil lho. Virtual tour hadir sebagai solusinya. Hm, siapa sih yang menyediakan virtual tour saat ini?
Nah, Digitiket hadir sebagai solusi bagi kalian! Saat ini, mereka telah menyediakan paket virtual tour ke Jalur Gula Semarang. Pada kesempatan kali ini, kalian akan diajak berkeliling ke sekitar peninggalan Oei Tiong Ham, mulai dari Jalan Kepodang, Poostkantor, Cultuur Maatschappij der VorstenLanden, dan tempat tempat lain plus diselingi cerita cerita menarik tentunya. Seru banget nih sebagai alternatif liburan kalian ketika di rumah aja! Penasaran? Yuk, cari tau virtual tour Digitiket di link ini atau kunjungi www.digitiket.com untuk info virtual tour lainnya!
Leave A Comment