Wisata Religi Wali 7 Bali, Penyebar Islam di Pulau Bali
Pulau Bali merupakan salah
satu pulau di Indonesia yang berada dalam gugusan Kepulauan Nusa Tenggara. Pulau ini
sekarang termasuk wilayah Provinsi Bali. Pulau ini juga sebagai Pulau Dewata atau Pulau
Seribu Pura.
Bali adalah primadona
pariwisata Indonesia yang sudah terkenal di seluruh dunia. Tentu tak asing
dengan wisata di bali apa saja dan terkenal akan kearifan lokal seni dan
budayanya yang unik dan menarik serta menikmati pantai – pantai yang indah
selama kita berlibur dan berwisata kesana. Contohnya Pantai Kuta, Pantai Lovina
dengan Lumba Lumbanya, Pura Besakih, Uluwatu, Ubud, Munduk, Kintamani, Amed,
Tulamben, Pulau Menjangan dan masih banyak yang lainnya. Kini, Bali juga
memiliki beberapa pusat wisata edukasi untuk anak-anak seperti kebun binatang,
museum tiga dimensi, taman bermain air, dan tempat penangkaran kura-kura.
Namun ada hal yang
menarik perhatian saya dan keluarga saya pada akhir tahun 2018 untuk ikut pergi
ke Bali bersama tour travel yang mana tujuan wisatanya bukan untuk sekedar berlibur
ke pantai atau wisata yang terkenal. Itu kedua kalinya saya ke bali, akan
tetapi wisata yang saya kunjungi adalah wisata religi atau sering disebut
ziarah wali 7 (pitu) di pulau bali, dimana para wali yang dianggap tokoh
penyebar agama islam di pulau bali tersebut.
Pertama kali mendengar
ada paket tour ziarah wali di bali, kaget campur senang setelah libur
semesteran langsung memutuskan buat ikut orang tua tour tersebut, karena sangat
jarang ada tour wisata ke bali tapi tujuannya adalah ziarah mengunjungi makam
para tokoh penyebar islam di pulau bali. Berikut adalah rangkaian destinasi wisata
ziarah wali pitu yang kini semakin populer menjadi destinasi wisata religi bagi
para peziarah dan traveler yang datang dari berbagai daerah.
1. Makam Wali Negara & Datuk Lebai-Melayu, Habib
Ali bin Umar Bafaqih
Makam Habib
Ali bin Umar Bafaqih berlokasi di jalan Nangka No. 145 Desa Loloan Barat
Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana, Bali. Makam beliau berada di Area Pondok
Pesantren "Syamsul Huda" yang didirikannya pada tahun 1935. Beliau
lahir di Banyuwangi pada tahun 1890. Saat mudanya, beliau pernah
memperdalam ilmu hingga ke tanah Mekkah kurang lebih tujuh tahun lamanya.
Sepulangnya
dari Makkah, beliau juga pernah mondok di salah satu pesantren di Jombang,
sampai akhirnya beliau datang berdakwah di pulau Bali atas permintaan Datuk
Kyai Haji Mochammad Said, seorang ulama besar di Loloan. KH. Habib Ali bin Umar
Bafaqih wafat pada tahun 1997 pada usia 107 tahun. Kini
Makam beliau banyak di kunjungi atau diziarahi orang dari berbagai pelosok
negeri.
2. Makam
Wali Karangrupit, The Kwan Lie, Syekh Abdul Qodir Muhammad
Makam Syekh
Abdul Qadir Muhammad terletak di Desa Temukus (di samping Pura Agung Labuan
Aji), Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Beliau datang ke pesisir Bali untuk
mensyiarkan agama Islam mulai dari Karangasem, Buleleng, hingga Jembrana. Jika kalian
berziarah ke makam beliau, di samping kirinya terdapat beberapa makam yang
disebut-sebut sebagai makam dari murid-murid beliau. Kini makam beliau ramai dikunjungi
oleh para peziarah dari dalam dan luar Bali.
Saat
pertama kali datang ke makam beliau, tempatnya memang tidak begitu luas dan
masih dengan bangunan kuno namun berada didaerah yang sejuk membuat saya
tenang, depan makam banyak pedagang buah terutama khasnya yaitu anggur dan
salak bali, kecil-kecil akan tetapi rasanya manis.
3. Makam
Wali Bukit Bedugul, Syekh Habib Umar Bin Maulana Yusuf Al-Maghribi
Makam Habib
Umar Bin Maulana Yusuf Al-Maghribi berlokasi di puncak bukit tapak, di tengah
area hutan cagar alam kebun Raya Bedugul milik Perhutani Bali di atas bukit
Bedugul, Kabupaten Tabanan, Bali. Para peziarah harus melewati jalan setapak
jika ingin menuju ke lokasi makam Habib Umar Bin Maulana Yusuf Al-Maghribi.
Beliau merupakan salah satu Wali di Bali yang berjasa dalam mensyiarkan Islam
di kawasan pegunungan Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan dan
sekitarnya.
Makam Habib
Umar bin Yusuf Al-Magribi di puncak bukit Tapak biasanya ramai dikunjungi
peziarah pada hari Sabtu dan Minggu, serta saat Hari Raya Idul Fitri. Tentu
saat itu saya sebagai peziarah harus menaiki anak tangga yang begiyu banyak untuk
bisa ke puncak bukit, disana juga terdapat masjid bedugul yang terkenal masjid besar
al-hidayah. di halaman atas masjid kita bisa melihat pemandangan yang begitu
cantik jalan raya yang pada saat itu menjelang maghrib membuat suasana semakin
sejuk serta bisa melihat danau bedugul yang luas dipenuhi kabut dingin menambah
enggan untuk cepat-cepat meninggalkan tempat tersebut.
4.
Makam Wali Kembar Karangasem, Syekh Maulana Yusuf Al-Baghdi dan Habib Ali Bin
Zaenal Abidin Al-Idrus
Makam
Keramat Kembar Karangasem ini berlokasi di Desa Bungaya Kangin, Kecamatan
Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali. Di dalam satu cungkup makam kembar ini
terdapat makam Habib Ali bin Zainal Abidin al-Idrus berjajar dengan makam
tua/kuno yang identitasnya masih simpang siur.
Makam kembar
Karangasem biasanya ramai dikunjungi peziarah menjelang bulan puasa, atau
hari-hari libur. Peziarah mayoritas berasal dari Jawa dan Kalimantan. Sedangkan
peziarah dari luar negeri yang datang rutin tiap tahun berasal dari Malaysia,
Singapura, dan Maroko.
5. Makam
Wali Kusamba, Habib Ali bin Abu Bakar bin Umar Al-Khamid
Makam ini
terletak di tepi pantai Desa Kusamba, Kecamatan Dawah, Kabupaten Klungkung,
Bali. Sewaktu hidupnya, Habib Ali bin Abu Bakar al-Hamid pernah menjadi
penasehat dan guru bahasa Melayu bagi Raja Klungkung saat itu, Dalem I Dewa
Agung Jambe. Selama menjalankan tugasnya, Habib Ali juga memanfaatkan waktunya
untuk berdakwah kepada keluarga istana dan orang-orang yang berhubungan
dengannya.
Keberadaan
makam Habib Ali sangat dikeramatkan oleh penduduk setempat, baik umat Islam
maupun Hindu. Hal ini terbukti dari para peziarah yang tidak hanya berasal dari
kalangan Muslim, melainkan juga dari mereka yang beragama Hindu. Objek wisata
pantai Kusamba, Klungkung, yang berada tidak jauh dari kompleks makam Habib Ali
juga menambah daya tarik wisata religi Makam Keramat Kusamba.
6. Makam
Wali Seseh Mengwi, Pangeran Mas Sepuh, Syeh Achmad Chamdun Choirussoleh
Ziarah
selanjutnya berlokasi di Banjar Seseh, Desa Cemagi, Kecamatan Mengwi, Badung.
Syekh Achmad Chamdun Choirussholeh atau Raden Amangkuningrat atau Pangeran Mas
Sepuh adalah sosok sakti mandraguna putra dari Raja Mengwi I dengan ibundanya
adalah putri dari Kerajaan Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur. Pangeran Mas Sepuh
datang ke Bali semata-mata ingin menemui ayahnya di Mengwi. Sebab, Pangeran Mas
Sepuh tidak pernah bertemu sang ayah sejak lahir ke dunia. Banyak cerita
menyebutkan bahwa Raja Mengwi I meninggalkan Blambangan dan kembali ke
istananya di Mengwi, saat Pangeran Mas Sepuh masih dalam kandungan.
Setibanya Pengeran Mas Sepuh di Kerajaan Mengwi, ternyata sang ayah telah
wafat. Terjadilah perselisihan dengan keluarga Kerajaan Mengwi, hingga akhirnya
Pangeran Mas Sepuh meninggalkan istana. Saat dalam perjalanan setelah keluar
dari Kerajaan Mengwi, segerombolan orang menyerang Pangeran Mas Sepuh.
Pertempuran hebat pun terjadi, namun tak satu pun senjata dari gerombolan orang
itu yang mampu melukai Pangeran Mas Sepuh. Sejak ditemukan tahun 1992, Makam
Pangeran Mas Sepuh tidak pernah sepi dari para peziarah. Para peziarah tidak
saja berasal dari Bali, tapi juga dari luar Pulau Dewata.
7. Makam
Pangeran Sosrodiningrat, dan Makam Ratu Ayu Anak Agung Rai, Dewi Khodijah,
Pemecutan
Makam
Pangeran Sosrodiningrat berlokasi di kampung Ubud dekat terminal bus kota
Denpasar. Sedangkan makam Ratu Ayu Anak Agung Rai, Dewi Khodijah berada di
jalan Batu Karu kota Denpasar Barat, searah dengan jalan menuju perumnas
Monang-maning Denpasar.Pangeran Sosrodiningrat adalah seorang senopati dari
Mataram yang terdampar di pulau bali saat sedang berlayar menuju Ampenan (pulau
Lombok). Di pulau Bali, Pangeran Sosrodiningrat kemudian dimintai kesediaannya
oleh Raja I Gusti Gede Pamecutan untuk memimpin prajurit yang sedang berperang
melawan Kerajaan Mengwi. Raja Pamecutan juga berjanji kepadanya apabila perang
telah usai dan meraih kemenangan, maka ia akan dinikahkan dengan
putrinya.
Karena jasanya membantu Raja
Pamecutan meraih kemenangan, Pangeran Sosrodiningrat akhirnya dinikahkan dengan
putrinya, Ratu Ayu Anak Agung Rai. Setelah dipersunting oleh Pangeran
Sosrodiningrat, Raden Ayu kemudian memeluk agama Islam dan namanya diganti
menjadi Raden Ayu Siti Khotijah. Setelah menikah, Raden Ayu juga
bersungguh-sungguh dalam menekuni, mempelajari dan melaksanakan ajaran Islam
secara baik. Namun dianggap oleh keluarganya bahwa itu adalah ajar sesat, siti
khadijah akan tahu bahwa beliau akan dibunuh oleh utusan sang raja, namun
sebelumnya beliau menyampaikan pesan untuk
lemparlah cucuk kondenya ke arah dada siti khadijah sebelah kiri. Jika sudah
meninggal, dari badan akan keluar asap. Bila asap yang keluar dari badan saya
berbau busuk, meminta untuk dimakamkan sembarangan. Tapi, jika asap dari badan
berbau harum, tolong dibuatkan tempat suci yang disebut keramat. Dan benar saja
meninggal dengan keadaan bau harum serta makamnya terus menjulang pohon yang
dianggap tumbuh dari rambut siti khadijah. Hingga kini, pohon tersebut terus
menjulang tinggi .Orang-orang menyebutnya pohon rambut atau taru rambut.
Kini makam
keduanya ramai menjadi tujuan tempat berziarah bagi para peziarah yang datang
baik dari Bali maupun dari luar pulau Bali.
Itu semua adalah
pengalaman setiap kali berkunjung mendapat cerita sejarah asal usul dari tour
guidenya langsung sepanjang perjalanan di bus sebelum sampai ditempat
makam-makam wali disana. Dan itu membuat cerita perjalanan yang berbeda dari
sebelumnya sangat menyenangkan, dan ingin suatu saat bisa kembali mengunjungi
wisata di bali baik itu berziarah religi ke pulau bali.
Oh ya kalian
juga bisa ikut lho berlibur ke berbagai wisata maupun pusat perbelanjaan di
bali dengan membeli tiket di Digitiket tentunya, bisa virtual tour juga dong.
Makanya pantengin terus semua informasi di sosial media Digitiket, banyak promo
dan kejutan-kejutan lain yang bisa kalian dapatkan disana.
Leave A Comment