Virtual Tour Ragam Budaya Lombok
Pulau Lombok yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat masih menjadi destinasi favorit para wisatawan dalam dalam luar negeri karena keragaman alam dan budayanya. Pulau yang menjadi tempat diselenggarakannya MotoGP pada Maret 2022 di Lombok Tengah ini memang memiliki pesona darat dan laut yang akan memanjakan mata dan hati. Nggak ada habisnya deh kalau menyusuri wisata alam di sana. Sobat Digi pasti familiar dong dengan Gunung Rinjani yang elok atau Gili Trawangan yang keindahannya tak terelakkan bak lukisan.
Selain beragam tempat wisata alam menarik, Lombok juga bercerita mengenai kearifan lokalnya melalui keragaman budaya yang memantik dirimu untuk berjumpa dengan semua pesona tersebut. Sobat Digi berkesempatan melihat langsung rutinitas masyarakat Suku Sasak dan mendapat pengalaman asli menjadi bagian dari Suku Sasak. Eksotisnya Pulau Lombok menawarkan berbagai eksplorasi menyenangkan yang tak terlupakan. Yuk ikut melokal dengan ragam budaya Lombok bersama Virtual Tour Ragam Budaya Lombok!
Bau Nyale, Tradisi Khas Lombok Untuk Berburu Putri Mandalika
(Sumber: antaranews.com)
Virtual Tour Ragam Budaya Lombok pertama yang akan kita telusuri adalah tradisi menangkap cacing laut (Bau Nyale) yang memiliki sebutan Putri Mandalika. Masyarakat percaya bahwa cacing laut (nyale) di sepanjang pantai Pulau Lombok adalah jelmaan Putri Mandalika, seorang putri jelita yang mengorbankan dirinya ke laut lepas demi mencegah peperangan oleh dua pangeran yang ingin memilikinya. Menarik ya, tradisi Bau Nyale ini?
Ketika kamu datang ke pantai bagian Selatan, Tengah, dan Timur pada awal bulan Februari, jangan kaget ya kalau banyak warga yang memadati Pantai Kute, Pantai Seger, Pantai Kaliantan, hingga Pantai Tabuan yang sedang menangkap cacing laut ini. Untuk kamu yang nggak takut atau geli dengan cacing, wajib dijajal nih pengalaman bertemu Putri Mandalika yang melegenda. Sekalian membaur dengan warga asli Pulau Lombok pastinya.
Melihat Perang Topat, Tradisi dengan Toleransi Antar Umat Beragama
(Sumber: 1001indonesia.net)
Pada tahun 1500-an, agama Islam dan Hindu berkembang pesat di waktu yang hampir bersamaan. Awalnya, di Lingsar, Kabupaten Lombok Barat kedatangan seorang wali yang bermaksud menyebarkan agama Islam. Dia bernama Raden Sumilir. Di saat yang rekatif bersamaan, orang Hindu dari Bali pun bertandang ke daerah ini untuk menyebarkan agama Hindu. Tentunya, hal ini dapat mengarah kepada konflik antar agama. Namun, gagasan cemerlang para tetua Muslim dan Hindu untuk membentuk Perang Topat membuat umat kedua agama tersebut menjadi damai.
Representasi makna indah tersebut bisa kamu saksikan di Perang Topat yang dihelat di Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, tepatnya di Kemalik dan Pura. Topat (ketupat) yang telah dibacakan doa kemudian saling dilemparkan oleh masyarakat Muslim dan Hindu. Eits, topat yang telah dilempar tersebut tidak didiamkan dan dibuang saja, lho. Topat akan dibawa pulang karena dipercaya dapat membawa keberkahan dan kesuburan. Jangan lupa lihat tradisi ini ya bila kamu berkunjung ke Lingsar.
Tradisi Peresean Khas Suku Sasak
(Sumber: zonasultra.com)
Di Lombok, ada tradisi bertarung atau perang yang pada abad ke-13 memiliki tujuan yang baik, yaitu meminta hujan. Wah, kayak apa ya, pertarungan di Peresean ini? Jadi, ada dua lelaki yang bertarung atau bisa disebut dengan Pepadu yang dipilih oleh penonton. Nah, pemain yang telah terpilih oleh penonton ini harus maju dan siap untuk pertarungan penuh ketangkasan ini. Pertarungan berlangsung sampai empat atau lima ronde.
Kedua petarung dilengkapi dengan penjalin, senjata yang terbuat dari rotan. Untuk melindungi tubuh, ada perisai dari kulit kerbau. Peraturannya nggak sulit, Sobat Digi. Kedua lelaki yang bertarung tidak boleh menyerang lawan pada tubuh dari perut ke bawah. Peserta hanya diperbolehkan untuk memukul tubuh lawan pada bagian atas, seperti kepala, pundak, dan punggung. Jika salah satu pemain mendapat 3 kali sanksi atau berdarah, maka dia harus menandai kekalahannya dengan menyerahkan kemenangan pada lawan. Dilengkapi dengan alunan musik tradisional dan tarian, Peresean menjadi daya tarik wisatawan.
Adat Kawin Lari
(Sumber: travel.detik.com)
Kawin lari? Iya, bener kok. Tapi, ini bukan kawin lari yang biasanya kita tahu, ya. Tradisi kawin lari yang unik ini benar-benar dilakukan dengan cara berlari. Laki-laki dan perempuan akan berjanji untuk bertemu di malam hari dan memboyong si perempuan untuk kabur menuju rumah saudara atau teman. Tentunya, orang tua mereka nggak tahu-menahu soal ini. Meskipun berlari, tradisi ini perlu strategi yang matang, Sobat Digi. Sebab, bisa terjadi sesuatu yang tak diinginkan yang bisa menggagalkan pernikahan. Atau terjadi kegaduhan yang menyebabkan pihak pria akan didenda sejumlah uang. Perempuan yang 'diajak lari' ini sangat berharga kedudukannya.
Nyongkolan, Tradisi yang Sakral dan Khidmat
(Sumber: radarlombok.co.id)
Nyongkolan merupakan tradisi khas Suku Sasak dan bagian yang wajib dilakukan bagi pasangan yang telah menikah, sekaligus menjadi puncak seremoni ritual pernikahan adat Sasak. Kedua mempelai akan diarak-arak (pawai) laiknya raja dan ratu dengan kuda kayu menuju kediaman sang mempelai wanita. Prosesi ini dilakukan setelah sholat zuhur hingga sore hari. Seperti ciri khas dalam prosesi pernikahan di Indonesia, rombongan Nyongkolan terdiri dari keluarga dan kerabat dari mempelai pria.
Ada juga para pemuda, para gadis, tokoh masyarakat, dan pemuka agama yang turut serta dalam arak-arakan ini. Musik tradisional seperti Gendang Beleq, Cilokak, atau Kelentang turut mengiringi prosesi ini. Barisan terdepan dari rombongan Nyongkolan akan membawa bawaan dari keluarga mempelai pria untuk diserahkan kepada keluarga mempelai wanita. Nantinya, bawaan ini akan diberikan kepada tetangga dan sanak saudara. Seserahan ini berisi kue-kue tradisional Lombok atau hasil panen pertanian dan perkebunan.
Sorong Serah Ajikrama
(Sumber: kompasiana.com)
Salah satu prosesi dalam ritual pernikahan adat Sasak adalah Sorong Serah Ajikrama. Sorong Serah Ajikrama merupakan prosesi yang dilakukan oleh keluarga calon mempelai pria terhadap keluarga calon mempelai wanita. Sorong Serah Ajikrama memiliki arti pembayaran berupa uang, yang mana nominalnya sudah ditentukan oleh masyarakat setempat. Tradisi ini sudah diwariskan turun-temurun oleh para pendahulu. Bahkan, ada anggapan yang berlaku. Jika tidak melakukan prosesi ini, maka akan menjadi aib bagi keluarga dan masyarakat setempat.
Wah, semua ragam budaya yang menjadi aset berharga Lombok benar-benar keren, ya! Kali ini, DigiTiket punya Virtual Tour Ragam Budaya Lombok yang wajib nih untuk kamu. Yuk klik link ini untuk beli tiketnya dan menikmati keindahan kearifan lokal Lombok yang memukau bersama-sama di hari Sabtu, 26 Februari 2022. Sobat Digi bisa mengetahui tradisi lainnya yang ada di Lombok. Segera beli tiket Virtual Tour Ragam Budaya Lombok biar nggak kelewatan eventnya ya!
Leave A Comment