• Login
  • Virtual Tour

    Virtual Tour Multicultural

    Kota Semarang, ibukota Provinsi Jawa Tengah, adalah salah satu kota yang mendapat julukan sebagai kota multikultural. Kebudayaan Jawa, Melayu, Eropa, Koja, hingga Tionghoa tersebar di seluruh sudut kota, meresap mulai dari kebiasaan sosial hingga ke tata kota itu sendiri. Semua hal ini tidak lepas dari sejarah terbentuknya kota Semarang. Sejak jaman Kerajaan Mataram, kota ini merupakan pelabuhan terpenting dan menjadi jalur perdagangan utama bagi pada pedagang dari luar negeri.

    Budaya Cina mulai masuk ke Semarang sejak kedatangan imigran Cina pada abad ke 15. Laksamana Cheng Ho dan warga negara cina lain datang mengunjungi semarang, menetap, dan kemudian membangun tempat ibadah Gedung Batu atau dikenal sebagai Sam Po Kong. Semenjak kedatangan Cheng Ho, terjadi asimilasi budaya Cina dan Islam di Semarang.

    Kemudian pada jaman kolonial, Pemerintah Belanda menetapkan kebijakan sistem pemisahan ras untuk mengatur masyarakat lebih mudah sesuai dengan etnisnya. Akhirnya, muncullah wilayah yang namanya didasari oleh etnis penduduk sekitar, seperti Pecinan untuk pemukiman pedagang CIna, Kampung Arab untuk pemukiman Arab, dan Pekojan yang dihuni oleh pedagang dari India. Kondisi kota yang mendukung perdagangan pun menarik banyak pedagang ini untuk berdagang di Semarang, menetap hingga akhirnya menikah dengan penduduk pribumi, sehingga terbentuk akulturasi budaya antara kebudayaan pendatang dan kebudayaan pribumi.

    Hingga saat ini, bentuk dari multikulturalisme di Kota Semarang masih dapat kita saksikan dalam bentuk bangunan bangunan bersejarah. Kira-kira, apa saja ya tempat menarik yang dapat kita kunjungi? Coba lihat kebawah, yuk!

    • Gereja Blenduk
    (Source: Kumparan)

    Gereja Blenduk adalah ikon dari kota Semarang, sekaligus bukti adanya multikulturalisme itu sendiri. Gereja ini terletak di Kota Lama, dengan nama resmi Gereja GPIB Immanuel. Berdiri sejak tahun 1753, gereja ini adalah gereja Kristen tertua di jawa tengah. Bentuk atap gereja ini pun menyerupai kubah, sehingga dinamakan sebagai gereja “blenduk”, bahasa jawa dari kata “bundar”. Arsitekturnya mengadopsi gaya gereja Eropa pada abad 17 dan 18, sehingga unik dan cukup berbeda dari arsitektur gereja yang sekarang. Wah, unik dan penuh sejarah banget, nih!

    • Masjid Layur
    (Source: Tribun Jateng)

    Daerah Kota Lama juga memiliki masjid yang disebut sebut sebagai masjid tertua di Semarang. Dinamakan Masjid Layur atau Masjid Menara Kampung Melayu, sejarahnya tak lepas dari kedatangan para pedagang asing ke semarang. Sejak tahun 1740an, pedagang dari Yaman, Pakistan, dan India datang dan bermukim di Semarang. Untuk mendukung kebutuhan mereka, dibangunlah masjid ini, yang akhirnya memiliki corak khas kebudayaan Arab dan Melayu. Namun, tak hanya dipengaruhi oleh budaya Melayu dan Arab, unsur Jawa juga dapat kalian temukan dalam arsitektur masjid ini. Atapnya memiliki bentuk atap tumpeng susun tiga lapis, khas kebudayaan Jawa, alih alih berbentuk kubah. Masjid ini sendiri adalah symbol kejayaan Islam di kota Semarang. Keren ya!

    • Klenteng Tay Kak Sie
    (Source: Indonesia Kaya)

    Masih di daerah Kota Lama, jika kalian berjalan ke arah selatan, kalian akan menemukan Chinatown, daerah kebanggan kota Semarang. Dari awal masuk Chinatown, kalian akan disambut dengan gapura besar serta lampion merah, tanda kalian sudah masuk ke Pecinan. Jangan lupa untuk berkunjung ke Klenteng Tay Kak Sie yang terletak di sebelah warung Lumpia Gang Lombok, ya. Klenteng ini adalah klenteng tertua di Semarang, dibangun pada tahun 1746. Awalnya, klenteng ini digunakan untuk memuja Yang Mulai Dewi Welas Asih Koan Sie Im Po Sat. Namun sekarang, klenteng ini tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah umat Kong Hu Chu, umat Taoisme hingga Buddha juga dapat beribadah di klenteng ini. Bukti nyata bahwa toleransi dan asimilasi budaya sangat erat menyelimuti kota Semarang.

    Ini hanya sebagian dari bangunan bangunan multicultural yang ada di Semarang, lho! Masih banyak sekali tempat yang dapat kalian kunjungi. Tertarik kan?

    Nah, kalau udah gini rasanya pengen buru buru beli tiket dan menyusun itinerary untuk ke Semarang, ya.Sayangnya, kondisi sekarang mungkin belum cukup kondusif untuk bisa bepergian kemana-mana. Tapi tenang aja! DigiTiket kini menghadirkan paket Virtual Tour Multikultural Semarang nih. Di Virtual Tour kali ini, kalian akan dipandu oleh Ika Rizqiya dari Bersukaria yang akan membawa kalian menelusuri tempat sejarah multicultural menarik di Semarang, diantaranya adalah Titik Nol Kilometer Semarang, Masjid Layur, Mercusuar Willem, Gereja Gedangan, Gereja Blenduk, Masjid Pekojan, dan Klenteng Tay Kak Sie. Pas banget untuk mengisi liburan kalian di tengah pandemi dan menghapus kerinduan akan jalan jalan nih . Tunggu apalagi, daftar disini yuk! Atau jika ingin tahu info lain mengenai virtual tour DigiTIket, kunjungi link ini ya!


    Leave A Comment