Virtual Tour: Jelajah Mumi di Tanah Toraja
Halo Sobat Digi! Apakah kalian
tahu apa itu Suku Toraja?
Suku Toraja adalah salah satu
suku di Indonesia yang mendiami wilayah Tana Toraja di Sulawesi Selatan. Suku
ini sudah cukup tersohor dengan kebudayaannya yang unik. Salah satunya adalah
tradisi Suku Toraja dalam memaknai sebuah kematian.
Kali ini DigiMin akan membagikan
sedikit informasi tradisi adat Suku Toraja yang terkait dengan kematian dan
pemakaman. Yuk, simak baik-baik informasi yang menarik ini!
Masyarakat Suku Toraja percaya bahwa kematian bukan sekadar kepergian seseorang dari alam dunia. Kematian merupakan proses perjalanan seseorang ke dunia arwah atau akhirat. Upacara pemakaman Rambo Solok pun menjadi bagian dari tradisi turun menurun Suku Toraja. Tidak hanya pada proses pemakaman, masyarakat Suku Toraja juga memperlakukan orang-orang yang sudah meninggal dengan istimewa. Ada beberapa tradisi terkait dengan mumi-mumi masyarakat Toraja yang sakral dan sarat makna
1. Upacara Rambo Solo
Kematian merupakan salah satu
tahap kehidupan yang dianggap sakral oleh sebagian besar suku-suku di
Indonesia. Begitu juga dengan Suku Toraja dengan Upacara Rambo Solo.
Ritual sakral ini bermakna sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang telah
meninggal dan mengantarkan arwahnya menuju alam roh. Rambo Solo diadakan
secara meriah selayaknya sebuah pesta.
Setiap anggota keluarga akan
berkumpul di Tongkonan (rumah adat) dan membawa kerbau sebagai hewan kurban.
Semakin banyak kerbau yang dikurbankan, maka akan semakin tinggi derajat mendiang
di alam arwah. Kerbau tersebut akan dimasak dan dibagikan ke semua pihak yang
terlibat dalam Upacara Rambo Solo. Biasanya, peti jenazah akan dimasukkan ke
dalam Tongkonan kecil. Kemudian, anggota keluarga akan mengelilingi tongkonan
tersebut dalam prosesi pembacaan khutbah dan doa-doa. Setelah itu, peti jenazah
akan dimakamkan di kuburan tebing batu.
sumber: https://koran.tempo.co/read/fotografi/360721/rambu-solo
Rambo Solok adalah ritual pemakaman yang panjang dan rumit. Pelaksanaan Rambo Solok baru diselenggarakan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun kemudian setelah kematian. Keluarga mendiang perlu melakukan persiapan panjang untuk menyelenggarakan Rambo Solo. Selain itu, upacara ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Rupanya, hal tersebut bermakna agar anak-anak dari mendiang tidak bergantung pada harta warisan. Harta tersebut harus dikembalikan dalam bentuk sosial.
2. Pengawetan Mayat
Suku Toraja mempunyai metode
mumifikasi yang telah berkembang secara turun menurun. Rangkaian upacara pemakaman
yang panjang dan memakan waktu mengharuskan jenazah diawetkan agar tidak
membusuk.
Dulu, pengawetan dilakukan dengan ramuan tradisional yang berasal dari daun pinus dan batang tanaman tille yang berfungsi sebagai pengawet. Dedaunan tersebut dicampur dengan minyak tanah dan sabun untuk mencegah bau busuk. Ramuan dihaluskan dan dituangkan ke mulut jenazah, sisanya dibalurkan ke badan jenazah. Konon katanya, jenazah yang diawetkan menggunakan ramuan tradisional dipercaya lebih awet dibanding menggunakan bahan kimia formalin.
3. Tau-Tau
Sesuai adat Suku Toraja, jenazah
tidak dikubur dalam tanah melainkan diletakkan di gua yang ada di tebing batu. Di
sebelah peti terdapat patung kayu atau Tau-Tau sebagai representasi wujud dari
orang yang telah meninggal. Tau-Tau berarti orang-orangan atau menyerupai
manusia. Tau-Tau menjadi simbol kedudukan sosial, status, dan peran dalam
masyarakat dari orang yang telah meninggal.
sumber: https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/tradisi-menyimpan-mayat-londa-dan-lemo/
Pembuatan Tau-Tau merupakan bagian
dari rangkaian upacara Rambo Solo. Pembuatannya membutuhkan waktu yang panjang
karena terdapat banyak ritual yang harus dilaksanakan. Namun, dengan adanya
perubahan kebiasaan masyarakat, proses pembuatan Tau-Tau menjadi lebih
sederhana. Kayu akan dipahat secara detail menyerupai orang yang telah
meninggal. Pengrajin akan mempelajari foto mendiang terlebih dahulu. Tau-Tau
bukan hanya sekadar patung kayu, tetapi menjadi simbol penjaga makam dan
pelindung keluarga yang masih hidup
Saat berkunjung ke beberapa wilayah di Tana Toraja, Sobat Digi akan melihat deretan Tau-tau di tebing batu. Letak Tau-Tau mencerminkan tingkat status sosial orang yang sudah meninggal. Semakin tinggi letak Tau-Tau maka semakin tinggi status sosialnya dalam masyarakat.
4. Ma’nene
Upacara Ma’nene adalah upacara
penggantian pakaian pada jenazah masyarakat Suku Toraja. Jenazah tersebut telah
menjadi mumi atau mayat yang diawetkan. Sanak keluarga akan mengeluarkan jenazah
dari peti mati kemudian membersihkan jenazah dan mengganti pakaian yang baru. Jenazah
akan dituntun berjalan selayaknya masih hidup. Setelah itu, jenazah akan
kembali dimasukkan ke dalam peti mati.
Mae’nene adalah bagian dari
upacara Rambo Solo. Latar belakangnya, masyarakat Toraja percaya bahwa
memanusiakan orang yang telah meninggal merupakan perbuatan mulia. Memperlakukan
orang yang sudah meninggal dengan baik akan mendatangkan rezeki dan kebaikan
lain kepada yang masih hidup. Selain itu, upacara Ma’nene juga bermakna bahwa
hubungan antar anggota keluarga tidak terputus meskipun ada kematian.
sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Ritual_Ma%27nene
Biasanya Ma’nene diselenggarakan
setelah masa panen. Seluruh anggota keluarga akan hadir dalam upacara ini. Ma’nene
merupakan momen berkumpul keluarga yang telah lama tidak bertemu, termasuk
momen “reuni” dengan anggota keluarga yang telah meninggal.
Saat ini, upacara Ma’nene semakin
jarang diselenggarakan. Adanya pengaruh agama Kristen dan Katolik, menyebabkan
banyak masyarakat Toraja meninggalkan tradisi ini. Selain itu, penyelenggaraan
upacara Ma’nene membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Selain beberapa poin yang telah
dijelaskan di atas, masih banyak wisata pemakaman unik Suku Toraja. Ada kuburan
bayi Suku Toraja yang diletakkan pada Pohon Tarra, batu purba atau Bori
Kalimbuang yang digunakan sebagai tempat penyembelihan kerbau dalam upacara
Rambo Solo, dan beberapa spot pemakaman tebing yang terdapat di Tana Toraja.
Cara Suku Toraja memaknai sebuah
kematian menciptakan berbagai tradisi dan ritual budaya yang menarik untuk Sobat
Digi explore lebih jauh. Saat ini, penyelenggaraan upacara-upacara di atas
menjadi salah satu bentuk promosi wisata Sulawesi Selatan.
Buat Sobat Digi yang tertarik
dengan sensasi wisata pemakaman dan mumi di Tana Toraja tetapi belum punya
waktu atau budget yang mencukupi, yuk ikutan Vitual Tour Jelajah Mumi di
Tanah Toraja dari DigiTiket. Sobat Digi akan diajak melihat budaya dan upacara
Suku Toraja dalam “merayakan” kematian. Virtual tour ini akan dipandu oleh tour
guide professional. So, don’t miss it…
Tiket Virtual Tour Jelajah Mumi
di Tanah Toraja bisa dipesan melalui tautan ini.
Leave A Comment